06 May 2024

Ilmu Agama: Pentingnya Ziyadah dan Murojaah Karena Allah Ta'ala

Oleh: Mentari Putri Maharani_213111044

Al-Qur’an itu mudah dihafalkan bagi yang berkemauan kuat untuk menghafalkannya. Baik muda maupun tua. Al-Qur’an itu penuh nikmat dan menyenangkan. Bersama Al-Qur’an semua terasa indah. Al-Qur’an itu tak hanya sebagai obat dari segala penyakit, tetapi Al-Qur’an juga sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, Sekaligus sebagai pedoman bagi umat Muslim. Al-Qur’an dapat menjadi teman di akhirat kelak bagi yang selalu membersamainya di dunia. Dan Al-Qur’an dapat menjadi penerang kegelapan di alam kubur. Menjadi Ahlu Qur’an adalah proses pembelajaran sampai mati. Tak pernah henti sampai kelak Al-Qur’an yang akan menjadi saksi.

Mengingat bahwa Ikhlas itu adalah senjata utama bagi setiap siapapun yang beramal sholeh sebenarnya, bukan hanya bagi orang yang menghafal Al-Qur'an, menambah hafalan (ziyadah) atau mengulang-ulang hafalan (murojaah), tetapi ini juga menjadi senjata utama bagi siapapun yang beramal sholeh. Maka pahamilah bahwa Al-Qur'an ini benar-benar merupakan karunia dari Allah Ta'ala. Karunia yang besar, tidak ada satu seorang pun yang mampu menghafalkan Al-Qur'an kecuali atas datangnya rahmat dan izin Allah Ta'ala. 

Jadi Al-Qur'an ini adalah karunia dan rahmat yang besar dari Allah Ta'ala. Jangan pernah sedikit pun kita mengira bahwa ayat-ayat yang sudah kita hafalkan itu atas kemampuan, kejeniusan, kecerdasan, kepintaran kita. Karena sesungguhnya semuanya atas rahmat dan izin Allah Ta'ala. Jadi jangan merasa sombong jika punya hafalan banyak dari yang lain ataupun sedikit, terkadang merasa bangga dihadapan manusia seolah olah lebih hebat dari orang lain karena memiliki hafalan yang banyak dan lancar. Jangan merasa sombong dengan ikhtiar sendiri, dengan kemampuan sendiri tanpa melibatkan Allah. Kuasa dan rahmat Allah itu begitu besar, kita tidak bisa apa-apa tanpa Allah Ta'ala dan bukan apa-apa tanpa Allah Ta'ala.

Penghafal Al-Qur'an itu adalah orang yang bertawakal kepada Allah Ta'ala. Dengan hilangnya hafalan itu harusnya kita tahu bahwa hanya Allah yang memampukan, ikhtiar itu hanya mengundang ridho Allah, tapi kalau orang berikhtiar lalu lupa dengan Allah, dia tidak mendatangkan apa-apa.  Maka dari itu ada seseorang yang rajin muroja'ah tapi lupa terus mungkin karena dia tidak pernah menyerahkan urusan itu kepada Allah Ta'ala. Dia berjuang mati-matian menghafal Al-Qur'an tapi dia tidak pernah berdoa meminta kepada Allah Ta'ala. 

“Ya Allah kemampuan ku ini tidak ada apa-apanya, maka perkenanlanlah perjuangan ini". 

Jadi hafalan itu semuanya tergantung atas rahmat Allah Ta'ala. Tetap harus bertawakal kepada Allah Ta'ala. Kalau ikhtiar kita menyadarkan bukan karena Allah Ta'ala tidak akan berhasil. Jadi yang harus dibenahi adalah keikhlasan kita. Itulah yang disebut karena Allah Ta'ala.

Yang perlu diperhatikan adalah kebersamaan kita dengan Al-Qur’an. Jadi pentingnya muroja'ah dan ziyadah dengan ikhlas karena Allah Ta’ala. Ikhlas itu bukan mengharap dunia, ikhlas itu mengharap akhirat. Dan yang paling tinggi itu mengharapkan ridho Allah Ta'ala. 

 Cara menghafal yang ikhlas, sebagai berikut:

1. Menghafal yang ikhlas adalah menghafal yang tidak ada sedikit pun untuk dunia dalam menghafalnya. Coba tanyakan pada diri sendiri: “Saya menghafal al-qur'an karena apa dan untuk siapa?”. Alasan dunia itu singkirkan, agar tidak kecewa nantinya. Ubahlah dengan kalimat doa seperti ini: "Ya Allah aku menghafalkan Al-Qur'an karena ingin selalu dekat dengan-Mu ya Allah, karena aku mencintai-Mu ya Allah". Sebab seseorang itu kecewa karena dia belum ikhlas dan terlalu mengharapkan dunia. Lebih penting lagi ikhlas itu tertulis di dalam hati kita juga. 

2. Menghafal yang ikhlas adalah menghafal yang tidak fokus pada jumlah, sudah dapat berapa juz, berapa surat, tetapi fokuslah kepada nikmatnya. Kenapa fokus kepada nikmat?, karena yang ikhlas itu yang paling penting bagi dia adalah bersama dengan Allah, bersama dengan Al-Qur'an. Nikmatilah dalam proses menghafal, muroja'ah itu walau sulit atau masih lama. Maka siapa yang mengejar hafalan karena cepatnya maka dia tidak akan merasakan nikmatnya, tetapi dia yang menghafal dan mengejar nikmatnya maka dia tidak peduli dengan cepatnya. Karena yang namanya ikhlas itu karena Allah Ta'ala. 

3. Menghafal yang ikhlas itu adalah menghafal yang muroja'ah nya mengalahkan ziyadahnya. Muroja'ah adalah part /bagian kita dalam menikmati hafalan kita, menikmati bersama Al-Qur’an. Orang yang ikhlas itu pasti menemukan Allah dalam jalannya, dalam perjuangan dan prosesnya. Kalau orang sudah menemukan Allah pasti dia menikmati proses dan perjuangannya. Allah tidak hanya melihat hasil dari yang kita ikhtiarkan tetapi Allah juga melihat dari proses kecil yang kita usahkan, ikhtiar, niat kita Lillahi Ta’ala dan selalu berdoa kepada-Nya serta tidak pernah berputus asa / Tidah menyerah.

4. Menghafal yang ikhlas itu adalah menghafal yang tidak ingin cepat-cepat selesai dari Al-Qur'an. Termasuk juga muroja'ah nya. Dia menikmati setiap hurufnya dan tenggelam dalam kenikmatannya. 

5. Menghafal yang ikhlas itu adalah menghafal yang tetap bahagia meski berat dan sulit dirasa. Bahkan orang yang ikhlas itu tidak rela berlama lama berjarak jauh dengan Al-Qur'an. 

6. Menghafal Al-Qur’an yang ikhlas itu adalah menghafal yang semakin menambah ketaatannya kepada Allah seiring menghafal, amalnya meningkat, juga hafalannya. Semakin banyak hafalannya semakin zuhud dia dalam mempraktikkan hafalannya.  InsyaaAllah orang yg ikhlas itu dia sudah tahu tujuan besarnya itu adalah untuk Allah. Allah akan ridho jika hafalan itu diamalkan juga karena Lillahi Ta’ala. Menghafal yang ikhlas itu adalah menghafal yang hafalannya itu ditadaburi dan diamalkan. Semakin bertambah hafalannya, semakin bertambah ketaatannya. Jadi menghafal Al-Qur’an itu karena Allah Ta'ala, ikhlas Lillahi Ta'ala. Menghafal Al-Qur’an itu tujuan dan akhirnya adalah untuk selalu berikhtirob (Dekat Kepada Allah Ta’ala).

 

***

Editor: Saiddaeni

Ilmu Agama: Pentingnya Ziyadah dan Murojaah Karena Allah Ta'ala