Oleh: Aisyah Indah Fajar
Film Gadis Kretek yang disutradarai oleh Kamila Andini dan Ifa Isfansyah menjadi serial terlaris di Bulan November 2023. Bukan hanya menceritakan tentang percintaan, namun lebih dalam lagi menceritakan tentang keluarga, kerja keras, pengkhianatan, kejamnya persaingan antar perusahaan besar dan pandangan orang-orang terhadap wanita di Kota M yang pada saat itu terkenal dengan rokok kreteknya di tahun 1960-an. Film yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo sebagai Dasiyah yang kerap disapa Jeng Nyah merupakan film yang diambil dari sebuah novel karya Ratih Kumala.
Ratih Kumala menceritakan kehidupan Jeng Nyah dengan balutan budaya yang sangat kental pada tahun 1960-an, karakter yang introvert, sangat feminim bahkan saat emosipun terlihat masih sangat berwibawa. Jeng Nyah menjadi anak sulung dari Idroes Moeria sebagai salah satu seorang pengusaha rokok kretek besar di Kota M. Setiap harinya Jeng Nyah berusaha meracik saus rokok namun dalam salah satu percakapannya mengatakan, "Disini perempuan hanya dijadikan pelinting rokok saja, jika perempuan meracik saus maka saus akan terasa asam". Dari percakapan itu menjelaskan terdapat batasan pekerjaan antara wanita dan pria, seakan-akan hanya pria saja yang bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat, menganggap wanita lemah dan memiliki selera yang lebih rendah dibanding pria.
Atas dukungan orang tuanya, Jeng Nyah tetap berusaha meracik saus kretek setiap harinya walaupun dibawah tekanan batin dan tekanan sosial karena pandangan sebelah mata orang lain terkhusus para pesaing perusahaan rokok kretek ayahnya, mereka merasa bahwa Jeng Nyah orang yang sangat feminim dan dianggap suatu ketidakmungkinan jika berhasil meracik saus rokok yang enak. Akhirnya, dalam film diceritakan Jeng Nyah berhasil membuat saus rokok dan dinamai “Rokok Kretek Gadis” yang pada masa itu menjadi rokok paling terpopuler dan diminati masyarakat.
Jika diamati fenomena diskriminasi pada wanita setiap tahunnya pasti menjadi salah satu topik yang hangat untuk dibicarakan. Terlebih lagi terdapat pernyataan yang mengatakan, “Wanita itu lemah, sehingga pria harus melindungi wanita”, jika pernyataan ditelan mentah-mentah dapat diartikan bahwa memang wanita sangat lemah dan pria sangat kuat. Padahal pada dasarnya baik wanita maupun pria memiliki sifat dasar masing-masing, bukan karena pria memiliki sifat maskulin dan wanita dengan sifat feminimnya dapat dijadikan sebagai alasan untuk mendiskriminasi dan merendahkan wanita.
Ditarik pada zaman sekarang, bentuk diskriminasi wanita dapat dilihat masih banyaknya anggapan bahwa seorang wanita memiliki kodrat mengasuh anak dan melayani suami, memasak, mencuci baju dan piring, dan membersihkan rumah. Padahal kodrat wanita hanya empat yaitu mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui, selebih dari itu bukan hanya tugas wanita melainkan juga tugas pria. Sejatinya wanita dan pria itu setara, wanita bisa menjalankan pekerjaan pria dan begitu pula sebaliknya. Dalam film Gadis Kretek sudah dibuktikan Jeng Nyah, bahwa wanita juga bisa menciptakan saus rokok yang digemari masyarakat padahal pada saat itu banyak pandangan yang hanya memperbolehkan pria sebagai peracik saus rokok. Melihat cerita fiksi zaman dahulu melalui film Gadis Kretek yang disandingkan dengan keadaan saat ini, perlu ditanamkan kesadaran diri lebih dalam bahwa pria dan wanita itu sama dan setara sehingga tidak ada alasan lagi untuk mendiskriminasi dan merendahkan wanita.
***
Editor: Saiddaeni