Oleh: Ulyatunnisa Endah Nurani
Mari kita bahas tentang Keadilan Gender. Mengapa keadilan, bukan kesetaraan? Karena istilah yang tepat adalah Keadilan Gender, bukan Kesetaraan Gender. Setiap orang punya perannya masing-masing, sehingga menuntut kesamaan itu sulit. Namun meskipun berbeda, keadilan harus ada bagi semua orang, melampaui gender, baik itu keadilan sosial atau hak-hak dalam kehidupan, sehingga laki-laki dan perempuan diharapkan memahami tugasnya masing-masing.
Laki-laki biasanya lebih rasional, dan perempuan biasanya lebih emosional. Ini bukan soal lebih baik atau lebih buruk, tapi soal keseimbangan dalam kehidupan. Jika semua orang hanya mengedepankan logika, kehidupan tidak akan berjalan baik. Oleh karena itu, Allah menciptakan perbedaan, ada yang lebih emosional dan ada yang lebih rasional.
Dalam peran yang berbeda tersebut, laki-laki diharapkan menjadi pemimpin dan perempuan mengikuti ketika sudah sepakat. Ini adalah aturan agama yang perlu diimplementasikan untuk menjaga keseimbangan.
Menuntut kesetaraan bisa berarti melawan kodrat, tapi bukan berarti kita tidak berhak mendapatkan keadilan. Indonesia sendiri sudah mulai memberikan wanita ruang untuk mengaktualisasikan diri, memberdayakan diri dalam hal-hal positif.
Suara perempuan mulai didengar, pendidikan untuk perempuan juga semakin memadai, meski dalam beberapa bidang pekerjaan perempuan belum banyak terlibat. Namun secara umum, ruang bagi perempuan untuk berperan sudah terbuka lebar.
Perempuan memiliki tugas penting sebagai pendidik generasi. Jika perempuan mendapatkan pendidikan tinggi, ia akan menjadi ibu yang berkualitas dan menghasilkan anak-anak yang berkualitas pula. Jadi, perempuan seharusnya menuntut keadilan, bukan kesetaraan.
Dalam beberapa aspek kehidupan, perempuan diatur untuk patuh kepada laki-laki seperti suami dan ayah, sesuai perintah Allah dan aturan agama demi kebaikan bersama. Ini bukan diskriminasi, melainkan demi keseimbangan hidup. Perempuan memiliki hak untuk berperan di ruang publik jika kompeten, misalnya menjadi hakim atau berprofesi lain yang berdampak positif.
Di Indonesia, perempuan tidak terdiskriminasi, tapi mereka harus memiliki motivasi kuat untuk memberdayakan diri dalam hal positif, sambil membatasi diri sesuai aturan agama seperti tunduk pada suami dan wali. Jika perempuan merasa didiskriminasi, jangan salahkan kodrat, tapi buktikan bahwa perempuan kompeten dan layak dipercaya.
Keadilan Gender tidak selalu berarti kesamaan, tapi tetap ada tugas masing-masing untuk keseimbangan hidup. Misalnya, perempuan tidak boleh menjadi imam bagi laki-laki. Tapi di bidang lain, perempuan memiliki tugas penting seperti mendidik generasi. Oleh karena itu, perempuan harus mendapatkan pendidikan yang baik agar bisa menjadi pendidik yang baik.
Dalam hubungan seperti pernikahan atau antara ayah dan anak, perempuan harus menghormati suami dan mengikuti perintah ayahnya. Yang harus diperjuangkan adalah keadilan, karena sejak awal kita diciptakan berbeda dan memiliki tugas masing-masing. Contohnya adalah Nabi Muhammad SAW dan Sayyidah Khadijah. Sayyidah Khadijah adalah perempuan mandiri yang berkarir, tapi tetap menghormati suaminya.
Oleh karena itu, perempuan sebaiknya memiliki pendidikan yang baik agar bisa melawan stigma negatif. Kita tidak perlu menuntut kesetaraan, tapi perlu mengaktualisasikan diri dalam hal-hal yang bermanfaat. Menuntut kesetaraan kurang bijaksana, yang harus diperjuangkan adalah keadilan. Keadilan terwujud jika perempuan menyadari tanggung jawabnya, belajar dengan sungguh-sungguh, dan mengaktualisasikan diri dalam hal-hal baik dan bermanfaat sehingga kompetensinya bisa diakui dan tidak ada diskriminasi terhadap perempuan.
***
Editor: Saiddaeni