UIN Surakarta - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas 5A dalam mata kuliah “Sejarah Kebudayaan Islam di Nusantara” yang diampu oleh dosen Bapak Raha Bistara, M.Ag. turut hadir dalam perayaan Sekaten atau Grebeg Maulid Nabi Muhammad SAW. di Masjid Agung Keraton Surakarta (5/9/2025). Kegiatan ini menjadi salah satu agenda tahunan kebudayaan dan keagamaan terbesar di kota Solo.
Tradisi Sekaten berasal dari kata Syahadatain yaitu pengucapan dua kalimat syahadat. Tradisi ini berawal dari dakwah walisongo, khususnya Sunan Kalijaga, yang menggunakan gamelan dan budaya keraton sebagai media syiar Islam agar mudah diterima oleh masyarakat Jawa. Sejak sekitar tahun 1972, terjadi rebutan gunungan yang saat ini menjadi tradisi setiap Grebeg yang diselenggarakan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Rangkaian acara dimulai sejak 2 Agustus 2025 dengan pembukaan Pasar Sekaten di Alun-alun Kidul. Pada 29 Agustus 2025 dilaksanakan prosesi Miyos Gangsa berupa kirab gamelan pusaka Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari, dari Keraton ke Masjid Agung, kemudian ditabuh setiap hari sampai 5 September 2025.
Acara puncak Grebeg Maulud digelar pada Jum’at, 5 September 2025 (12 Rabiulawal 1447 H) dengan arak-arakan dan perebutan gunungan jaler dan gunungan estri yang berisi hasil bumi dan jajanan tradisional. Gunungan diarak dari dalam Keraton menuju Masjid Agung, kemudian diantar hingga Tratag Rambat, selanjutnya didoakan para ulama di serambi Masjid Agung, dan dibagikan dengan merata. Hal itu memberi pelajaran bahwa manusia harus mampu menerima dengan ikhlas rezeki dan anugerah Allah tanpa memiliki sifat dan sikap tamak maupun rakus. Perayaan ditutup dengan tradisi Kembul Bujono pada 8 September 2025 nanti.
“Jujur, ini first experience saya menghadiri Sekaten di Solo, karena kebetulan saya berasal dari luar Jawa Tengah. Melalui perayaan Sekaten atau Grebeg Maulid ini, saya menjadi makin tertarik dengan sejarah Islam di Jawa, terutama di Solo. Dan ternyata penyebaran dakwah Islam jaman dahulu itu butuh perjuangan ekstra,” ungkap salah satu mahasiswa PAI.
Kehadiran mahasiswa PAI 5A dalam perayaan Sekaten ini menjadi wujud keterlibatan akademisi dalam melestarikan tradisi Islam Nusantara, sekaligus memperkuat pemahaman budaya dan keagamaan di tengah masyarakat.