TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH KEMAHASISWAAN
DALAM PERSPEKTIF INTERNASIONAL
Oleh: Marsella Elvinda Harsoyo
|
Judul : Perspectives On Student Affairs In South Africa
Penulis : McGlory Speckman and Martin Mandew
Penerbit : African Minds Publishers, South Africa
Tahun Terbit : 2014
Ukuran : 234 x 156 mm
Halaman : 170
Harga : £24.00 (Rp. 393.827,37)
ISBN : 978-1-920677-44-2
PERSPECTIVES ON STUDENT AFFAIRS IN SOUTH AFRICA
(Part 1: Key challenges facing student affairs: An international perspective
Birgit Schreiber)
Understanding student affairs in developed and developing regions (Memahami kemahasiswaan di daerah maju dan berkembang)
International Association of Student Affairs and Services (IASAS) menjelaskan tujuan kemahasiswaan ialah untuk membantu siswa dalam menavigasi (menuntun) perjalanan mereka melalui lanskap pendidikan tersier dan menambah repertoar pengalaman pendidikan dan pembelajaran seumur hidup mereka.
Hubungan antara urusan kemahasiswaan dan urusan akademik di Institusi pendidikan tinggi AS telah mengalami evolusi spiral dari penyatuan alami asli ke diferensiasi sadar dan kemandirian, dan kemudian bergerak menuju kolaboratif dan mengintegrasikan kemitraan pendidikan. Divisi kemahasiswaan Australia dan Inggris mirip dengan model AS dalam memandang kemahasiswaan sebagai profesi yang secara signifikan berkontribusi pada tujuan institusional melalui pengembangan mahasiswa holistik dan memiliki banyak kontribusi untuk mempertahankan dan meningkatkan retensi mahasiswa.
Saat ini, urusan kemahasiswaan Eropa secara spesifik tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip mereka dan mencakup fokus pada layanan seperti konseling, disabilitas, pengasuhan anak, pengembangan karir, dukungan akomodasi, olahraga dan lain-lain.
Saat ini, Brasil menghadapi tantangan serupa dengan Afrika Selatan: kebutuhan untuk menghasilkan kesetaraan, kualitas, dan efisiensi (berdaya guna). India sedang berjuang dengan sistem kasta yang mengakar dan, seperti Afrika Selatan, sedang mencoba untuk memperbaiki efek merugikan dari sejarah kolonial dan politiknya. Selama tahun 1970-an, Cina mengadopsi sikap baru terhadap pendidikan, dengan beralih dari model sentralis Maois ke desentralisasi, yang memberi otoritas lokal otonomi dan fleksibilitas untuk menciptakan lebih banyak kesempatan untuk mengakses dan menanggapi kebutuhan masyarakat, sambil meningkatkan hubungan dengan Barat.
Secara umum, divisi kemahasiswaan Afrika mengikuti model domain kemahasiswaan AS dengan fokus pada pengembangan mahasiswa, dukungan mahasiswa, dan layanan mahasiswa untuk pengembangan mahasiswa holistik yang selaras dengan tujuan institusional, seperti Universitas Strathmore di Kenya dan Universitas Zambia.
Singkatnya, AS menetapkan tolok ukur untuk urusan kemahasiswaan secara internasional, dan telah mengembangkan komunitas epistemologis yang koheren. Berdasarkan penelitian yang ketat, itu mengkonseptualisasikan urusan kemahasiswaan sebagai bekerja secara efektif dengan fakultas dalam menciptakan kurikulum yang koheren di mana hasil belajar tertentu dicapai melalui kolaborasi.
Influences of internationalisation on student affairs (Pengaruh internasionalisasi terhadap kemahasiswaan)
Di Eropa, Proses Bologna memiliki dampak besar dengan penekanannya pada mobilitas, kemampuan kerja, dan daya saing. Hal ini berdampak langsung pada kemahasiswaan karena dianggap berkontribusi terhadap daya tarik dan keunggulan kompetitif institusi daripada, mungkin, berfokus pada kontrak dengan masyarakat. Pelajaran yang dipetik dari internasionalisasi ialah keterlibatan dengan asosiasi internasional di sekitar wacana bersama tentang etika dan moral mungkin memfasilitasi artikulasi eksplisit kemahasiswaan Afrika Selatan tentang posisinya. dalam hal ini mungkin merupakan kesempatan untuk memindahkan lensa kemahasiswaan di luar negara-bangsa menuju rasa etika dan moral yang mengglobal.
The quest for a normative framework (Pencarian untuk kerangka normatif)
Tinjauan kemahasiswaan internasional menunjukkan bahwa kemahasiswaan di daerah berkembang belum mengembangkan kerangka konseptual yang relevan secara lokal untuk kemahasiswaan. Afrika Selatan seperti halnya negara berkembang dan beberapa negara maju lainnya, mungkin mendapat manfaat dari pengembangan kerangka normatif yang dapat mempertahankan visi sentral dan mengurangi menjamurnya fungsi kemahasiswaan yang sering diprivatisasi secara acak. Prinsip-prinsip teoretis urusan kemahasiswaan ini menyarankan definisi ulang pembelajaran sebagai proses yang luas di seluruh domain kognitif, afektif, dan sosial. Pembelajaran itu sinergis, tidak tersegmentasi. Oleh karena itu artikulasi teoritis dan struktural kemahasiswaan sangat penting.
Professionalising an emerging discipline (Memprofesionalkan disiplin yang muncul)
Langkah menuju disiplin profesional bagi negara-negara yang perlu memanfaatkan suara yang berbeda ke dalam komunitas epistemologis yang koheren, mungkin memerlukan dukungan dari asosiasi yang terorganisir. Bersama dengan asosiasi kemahasiswaan, terutama organisasi non-pemerintah seperti Pusat Transformasi Pendidikan Tinggi yang mungkin dapat memainkan peran kunci dalam hal ini. Kemahasiswaan di Afrika Selatan, seperti di negara berkembang lainnya, membutuhkan kerangka kerja normatif yang mengakomodasi berbagai realitas adat yang perlu berkembang dalam konteks global.
Influences of globalisation on student affairs (Pengaruh globalisasi terhadap kemahasiswaan)
Wacana globalisasi memposisikan institusi pendidikan tinggi sebagai agen kunci dalam pengembangan lulusan dengan keahlian dan keterampilan tingkat tinggi untuk jalur pertumbuhan ekonomi dan daya saing global yang tinggi. Perubahan eko-politik memiliki dampak khusus pada pendanaan dan distribusi sumber daya, secara langsung mempengaruhi kemahasiswaan. Perubahan global yang berbahaya ini perlu mengingatkan urusan kemahasiswaan untuk perannya dalam memberikan kontribusi tidak hanya untuk siswa dan keberhasilan institusi tetapi juga untuk kebaikan sosial bersama. Pelajaran yang dapat dipetik dari globalisasi ini adalah pergeseran internasional dalam urusan kemahasiswaan terbukti dalam peningkatan fokusnya pada kemitraan yang menghasilkan pendapatan, misalnya dengan penyedia beasiswa, sponsor, dll. Kecenderungan di Amerika Serikat terhadap privatisasi beberapa fungsi kemahasiswaan telah membuat fungsi kemahasiswaan ini tidak bersuara dalam berpartisipasi secara adil dan timbal balik di dalam institusi. Hal ini merupakan tren yang menantang kemahasiswaan secara global dan Afrika Selatan dapat mempelajari pelajaran penting dari pengalaman rekan-rekannya di medan internasional.
Kesimpulan
Buku ini, tepatnya pada bagian “Tantangan Utama Yang Dihadapi Kemahasiswaan Dalam Perspektif Internasional” pada penelitian Birgit Schreiber menjelaskan tentang tantangan-tantangan kemahasiswaan di beberapa negara, baik negara maju maupun berkembang. Kemahasiswaan di beberapa negara maju misalnya Amerika Serikat, Australia, Inggris dan Eropa. Mereka lebih menekankan sistem pembelajaran yang selain cerdas juga mampu berkontribusi dengan masyarakat seperti berfokus pada layanan konseling, pengembangan karir, dll. Sedangkan pada negara berkembang, seperti di negara Brazil, India, Cina dan Benua Afrika dimana negara-negara ini masih berproses menuju sistem yang ada di negara maju. Mereka berfokus untuk memperbaiki kualitas dan pengembangan pada mahasiswa. Pada dasarnya pengaruh internasionalisasi terhadap kemahasiswaan di Afrika Selatan membawa pengaruh baik. Kemudian untuk pengaruh gobalisasi walaupun beberapa memberikan dampak yang buruk tetapi juga dapat diambil dampak baiknya begi negara-negara berkembang, khususnya di Afrika Selatan. Pengaruh globalisasi ini menghasilkan pendapatan, misalnya dengan penyedia beasiswa, sponsor, dll. Dan Afrika Selatan dapat mempelajari pelajaran penting dari pengalaman rekan-rekannya di medan internasional.
Kelebihan: Bab ini cukup menjelaskan secara rinci tentang bagaimana tantangan yang harus dihadapi oleh bagian kemahasiswaan dalam perspektif internasional. Disertakan dengan kutipan-kutipan dari berbagai sumber sehingga ketika saya dan orang lain yang membacanya, wawasan dan pengetahuan mereka menjadi luas dan terbuka. Penulis dan editor perlu diapresiasi pada bidang ini yang mana tidak banyak penelitian yang dilakukan.
Kekurangan: Pada bab ini mungkin dikarenakan sudah bertaraf internasional sehingga bahasa yang digunakan cukup tinggi. Banyak kata-kata istilah yang sulit dipahami dan saya sebagai pembaca baru buku ini, harus mencari dahulu isitilah yang sulit tersebut baru mengetahui maknanya.
***
Editor: Saiddaeni