25 March 2023

Tradisi Ziaroh Kubur dalam Meningkatkan Spiritual Santri di Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan Klaten

Oleh : Lutfiatul Hikmah (Mahasiswa Prodi PAI)

Dosen Pembimbing : Abdulloh Hadziq, S.Pd.I.,M.Pd.I

 

Abstrak

Ziarah Kubur menjadi kultur bagi sebagian masyarakat Indonesia, khusunya pada lembaga Pondok Pesantren. Kultur yang berada di lingkungan Pondok Al-Manshur Popongan yaitu ziarah bagi santri setiap hari Kamis sore dan Haul pada saat bulan Maulid. Namun, pada praktiknya masih banyak santri yang minim pemahaman tentang nilai-nilai spiritualitas dalam ziarah kubur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai spiritualitas dalam tradisi ziarah kubur di Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan Klaten tahun 2022.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan Klaten pada bulan Juni sampai Juli 2022. Subyek  penelitian ini adalah pengurus dan santri,  sedangkan  informan 
dalam penelitian ini adalah pengasuh pondok pesantren. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian untuk memperoleh keabsahan data menggunakan teknik triangulasi, yaitu berupa triangulasi sumber dan metode. Selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisis dengan analisis interaktif yang meliputi pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah terdapat nilai-nilai spiritualitas dalam kegiatan ziarah kubur. Nilai-nilai tersebut meliputi : 1) Spiritual knowing, yang dapat diketahui dari kegiatan ziaroh ; 2) Spiritualitas feeling, yang dapat diketahui dari bentuk-bentuk sikap saat melakukan ziarah kubur ; dan 3) Spiritualitas Doing, yang dapat diketahui dari aspek emosi yang dimiliki santri.

Kata Kunci : Ziaroh , Spiritualitas , Pondok Pesantren

Pendahuluan

Proses pendidikan diharapkan mampu membantu manusia memenuhi kebutuhan jiwanya akan kepercayaan dan keyakinan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan merupakan pemberian Tuhan atas kuasa-Nya. Dari sisi melahirkan kesadaran makna, arti, dan tujuan hidup harus diletakkan pada spirit ke-Tuhanan. Keyakinan ini melahirkan sikap batin bahwa kebahagiaan  hidup dapat dirasakan di dunia ini berupa ketenangan dan ketentraman jiwa yang bersumber dari Tuhan. Ketentraman jiwa dapat diperoleh dengan perasaan mendalam atas kecintaan pada Tuhan yang tumbuh dari perasaan selalu ingatakan Tuhannya. Kebutuhan rasa seperti inilah yang disebut dengan kebutuhan spiritual (Asyhari,2016:12).

Pendidikan Agama dalam konteks ini menjadi sangat penting dalam menanamkan kesiapan anak didiknya menghadapi keberagaman budaya dan memberikan kemungkinan keterbukaan untuk bisa memahami prinsip-prinsip agama dan budaya lain untuk menghormati dan bertoleransi. Oleh karenanya dalam hal spiritualitas, spiritulitas agama sebagai basis membangun integritas diri di era global adalah spiritual yang kokoh dan fleksibel.  Spiritualitas atinya telah dimiliki oleh setiap manusia di muka bumi ini sejak ia merupakan nilai-nilai moral yang bersumber dari hati nurani yang sejak lahir. Masyarakat yang memiliki spiritualitas yang lebih baik terlihat dari semangat kerja tinggi, sikap rendah hati, kepedulian akan kebersihan (Muthohar, 2017:11).

Spiritualitas dalam pandangan Islam adalah kemampuan seseorang untuk yakin dan berpegang teguh terhadap nilai spiritual Islam, selalu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai islam dalam hidupnya, mampu menempatkan dirinya dalam kebermaknaan diri yaitu ibadah dengan merasakan dirinya selalu dilihat Tuhan, sehingga ia dapat hidup dengan mempunyai jalan dan kebermaknaan yang akan membawanya terhadap kebahagiaan dan keharmonisan yang haikiki. (Ar Razi,2019:219) Betapa pentingnya jiwa spiritual dalam diri setiap orang, terutama peserta didik, karena dengan memiliki jiwa spiritual akan menjadikan diri seseorang lebih baik.

Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan dikenal dengan pendidikan khusus berbasis keagamaan yang berkembang dengan baik. Pondok pesantren Al- Manshur Popongan ini merupakan wadah yang dapat membantu menjembatani para orang yang memilih memondokkan anaknya, karena Pondok Al-Manshur Popongan mempunyai program-program keagamaan yang mendukung terbentuknya spiritual santri yang tertuang didalam kegiatan kesehariannya, seperti : kegiatan mengaji kitab kuning; sorogan Al-Qur’an setiap bakda subuh dan maghrib; mujahadah; manaqib; maulid Al-barzanji disetiapa malem jum’at; dan ziarah kyai pengasuh di makam pondok setiap jum’at pagi. Maka pondok pesantren berupaya agar santri menjadi mandiri. Mandiri dari segi fisik maupun batin. Kemandirian secara fisik dan batin santri berasal dari spirit kegamaan. Spirit keagamaan ini perlu digali oleh santri dengan melakukan berbagai tirakat. Sebab tirakat yang dilakukan santri adalah manifestasi dari spiritual individu santri yang menjadi tradisi dalam meningkatkan spirit kegamaan baik secara fisik maupun batin santri. Spiritual individu santri membiasakan untuk berpegang teguh pada tradisi agar santri mampu mengamalkan dalam keseharianya. Pembiasaan tradisi yang tertanam oleh santri selalu berusaha menjadikan tradisi hidup di dalam kesehariannya sehingga pengalaman spiritual santri akan membentuk kematangan individu. Kematangan santri dilakukan melalui tradisi kegamaan, maka tradisi ini haruslah ditekankan karena memberikan kontribusi wawasan keilmuan dalam penguatan spiritual.

Tradisi ziarah kubur merupakan rangkaian kegiatan santri yang berhubungan dengan spiritual keagamaan di dalam setiap individu. Kegiatan ziarah ini dilakukan oleh seluruh santri baik dari tingkat Madrasah Diniyah Wustho/MDW (setingkat SMA/MA) atau Madrasah Diniyah Al-Awaliyah/MDA (setingkat SMP). Ziarah dilakukan di makam KH.Manshur Popongan. Ziarah dilakukan setiap hari kamis sore . Tradisi ziarah kubur adalah rangkaian kegiatan spiritual yang penuh makna dan tujuan adapun rangkaian tradisi ziarah seperti ; yasin , tahlil ,do’a dan sholawat. Berangkat dari permasalahan-permasalahan tersebut maka peneliti perlu mengkaji lebih lanjut mengenai “ Tradisi ziarah kubur dalam meningkatkan nilai-nilai pendidikan spiritual santri di Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan”. Penulis beranggapan bahwa tradisi ziarah yang dilazimkan oleh kalangan pesantren ini mampu digunakan sebagai salah satu metode peningkatan spiritual bagi santri sebagai penuntut ilmu di Pondok Pesantren.

Peningkatan Nilai Spiritual : Spiritual Knowing, Spiritual Feeling dan Spiritual Doing/Acting

Spiritual Knowing, pengetahuan tentang moral yang memiliki 6 unsur yaitu kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai moral, penentuan sudut pandang, keberanian mengambil dan menentukan sikap, dan pengenalan diri. Pemahaman tentang pentingnya nilai spiritual santri dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya melalui kegiatan ziarah kubur. Seorang Kyai tidak hanya memberikan pemahaman saja, namun juga berusaha memberikan contoh tauladan agar santri mengerti dan memahaminya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah ke makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangislah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda : “Aku meminta izin kepada Rabbku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka akupun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian” (H.R Muslim). Jadi, kegiatan ziarah kubur di makam Kyai Nasrun Minallah ini mengandung nilai Itqadiyah atau keimanan. Santri harus tetap mengimani Allah SWT dan meyakini bahwa hanya Allah yang bisa mengabulkan sesuatu.

Spiritual Feeling, penguatan aspek emosi untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan yaitu kesadaran akan jati diri, yakni percaya diri, kepekaan terhadap derita orang, cinta kebenaran, pengendalian diri dan kerendahan hati. Setelah santri paham, selanjutnya adalah dengan penguatan  aspek emosi melalui kegiatan ziarah kubur sehingga santri memiliki spiritualitas. Kegiatan ini rutin dilakukan sekali seminggu. Kegiatan ziarah kubur bagi seorang santri sudah menjadi kebiasaan. Santri mengagendakan setiap seminggu sekali pada hari kamis. Mendoakan seorang yang telah meninggal merupakan salah satu bentuk ibadah.

Tawasul akan bernilai amal sholeh ketika memenuhi persyaratan penting yaitu amal sholeh harus ditujukan kepada Allah semata dengan ikhlas dan sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasul. Dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Jika seseorang mennggal dunia , maka terputuslah amalanya kecuali tiga perkara (yaitu) ; sedekah ajriyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh.” (H.R Muslim)

Spiritual Doing, perwujudan dari pengetahuan tentang moral dan pengetahuan aspek emosi yang dimiliki santri. Maka, diharapkan bahwa pengetahuan spiritual yang dimiliki akan terkoneksi dengan perasaan emosi moralnya, karena keduanya saling terkait dan berhubungan erat. Dan langkah selanjutnya yang diharapkan, adalah terwujudnya suatu pola perilaku yang kokoh, tangguh , dan kuat. Wal akhir, semoga diharapkan santri mampu mengambil pelajaran dari ziarah kubur.

Tradisi Ziaroh Kubur dalam Meningkatkan Spiritual Santri di Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan Klaten