Oleh: Saiddaeni
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam
Di era yang semakin modern, penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pembelajaran di perguruan tinggi semakin merambah berbagai aspek. Mahasiswa dan dosen kini semakin aktif memanfaatkan AI sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Penggunaan AI telah membawa sejumlah perubahan signifikan dalam dunia pendidikan tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran AI telah memudahkan akses dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan.
Dengan kemampuan AI untuk menyediakan rekomendasi bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhan individu, mahasiswa memiliki akses ke sumber-sumber informasi yang lebih relevan dan berkualitas. Selain itu, AI dapat memberikan umpan balik instan pada tugas-tugas mahasiswa, membantu mereka memahami materi dengan lebih baik, dan meningkatkan efisiensi dalam belajar.
Kebergantungan yang berlebihan pada AI dalam proses pembelajaran juga membawa tantangan baru. Akademisi harus berhati-hati agar tidak sepenuhnya bergantung pada AI, karena ini dapat mengurangi kreativitas dan pemikiran kritis mahasiswa.
Pentingnya untuk tetap mempertahankan peran dosen sebagai fasilitator pembelajaran yang memandu mahasiswa dalam mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran. Perlu diperhatikan pula aspek etika dalam penggunaan AI di perguruan tinggi. Dalam pengambilan keputusan akademik, transparansi dan keadilan harus menjadi prioritas, sehingga mahasiswa tidak merasa diuntungkan atau dirugikan oleh algoritma AI.
Seiring dengan perkembangan teknologi AI yang terus berlanjut, pendidikan tinggi harus terus beradaptasi untuk mengoptimalkan manfaatnya sambil menjaga keseimbangan yang tepat antara kecerdasan buatan dan peran manusia dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, perguruan tinggi dapat terus menjadi pusat pembelajaran yang inovatif dan relevan di era modern ini.
Tetapi informasi yang ada di AI belum tentu semuanya benar, kenapa? Karena AI merupakan sebuah sistem bahasa yang menjawab sesuai dengan data yang sudah ada. Apakah sudah pasti benar data yang ada. Bukankah ilmu pengetahuan itu terus berkembang? Terlebih lagi dalam chat GPT tidak ada editor yang menyaring kebenaran informasi. Siapa yang akan bertanggung jawab akan kebenaran informasi tersebut.
Masalah kemampuan logika yang kurang kuat menjadi faktor utama yang mendorong penulisan artikel ini. Di era di mana informasi mudah diakses dan dihasilkan, keberadaan kecerdasan buatan (AI) telah membuat orang dengan mudah mengakses pengetahuan dan mengajukan pertanyaan. Terutama bagi mahasiswa, AI telah menjadi alat yang tak tergantikan dalam proses pencarian informasi pembelajaran perkuliahan.
Dalam hal ini, kemampuan logika menjadi sangat penting. Meskipun AI dapat memberikan akses instan ke berbagai sumber informasi, mahasiswa harus mampu melakukan seleksi kritis terhadap data yang ditemukan. Mereka perlu dapat membedakan informasi yang sahih dari yang tidak sahih, mengevaluasi sumber-sumber informasi, dan memahami konteks dimana informasi tersebut ditemukan. Ini adalah keterampilan logika yang akan membantu mereka memanfaatkan AI secara efektif dan memastikan bahwa informasi yang mereka gunakan dalam penulisan atau pembelajaran yang akurat dan relevan.
Kemampuan logika juga diperlukan ketika menggunakan AI untuk menulis. Meskipun AI dapat menghasilkan teks dengan cepat, mahasiswa harus tetap memiliki pemahaman yang kuat tentang topik yang mereka tulis. Mereka harus mampu mengorganisir dan mengembangkan ide-ide dengan cara yang logis dan koheren, sehingga hasil akhirnya memiliki substansi dan makna. logika berperan sebagai kunci untuk mengambil manfaat maksimal dari teknologi AI dalam pendidikan tinggi. Ini membantu menjaga kualitas informasi yang dihasilkan dan membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan kritis yang akan mereka butuhkan di dunia kerja.
***
DAFTAR PUSTAKA
Berhil, S., Benlahmar, H., & Labani, N. (2020). A review paper on artificial intelligence at the service of human resources management. Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science, 18(1), 32–40.
Lusiawati, I. (2019). Pengembangan otak dan optimalisasi sumber daya manusia. Jurnal TEDC, 11(2), 162–171.
Manyika, J., Chui, M., Miremadi, M., Bughin, J., George, K., Willmott, P., & Dewhurst, M. (2017). A future that works: AI, automation, employment, and productivity. McKinsey Global Institute Research, Tech. Rep, 60, 1–135.
Nuruddin, M. (2021). Logical Fallacy: Menguak Kesalahan-Keslahan Berpikir yang Kerap Kita Jumpai Sehari-hari (Bagus Irawan (ed.); Cetakan 4). Gemala.
Hitchcock, D. (2017). Is There an Argumentum ad Hominem Fallacy? Argumentation Library, 30, 409–419. https://doi.org/10.1007/978-3-319-53562-3_26