25 June 2025

SEKOLAH INKLUSIF, ANTARA HARAPAN DAN REALITA

Oleh: Anggie Ananda Surya (Mahasiswa PAI Angkatan 23)

Pendidikan inklusif terdengar sangat ideal, semua anak tanpa terkecuali, berhal mendapatkan pendidikan yang setara di ruang kelas yang sama. Namun dalam praktiknya, pertanyaan saya adalah “apakah sistem pendidikan yang ada benar-benar siap untuk menerima anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan tangan terbuka dan fasilitas yang layak”?

Kita patut mengapresiasi langkah kebijakan yang mendorong inklusivitas, seperti sekolah reguler yang memperbolehkan untuk menerima siswa ABK. Tapi, realita yang ada di lapangan jauh lebih rumit. Banyak sekolah yang secara administratif dinyatakan sebagai “Sekolah Inklusi”, tetapi nyatanya secara praktik tidak memiliki guru pendamping, fasilitas penunjang, atau bahkan pemahaman dasar tentang bagaimana mendidik anak dengan kebutuhan khusus. Akibatnya, siswa ABK sering kali tidak mendapatkan perlakuan yang sesuai, merasa terasingkan, bahkan mengalami dikriminasi entah itu dari lengkungan sekolah maupun sesama siswa. Padahal, sekolah inklusi bukan hanya soal “menerima” anak-anak dengan kebutuhan khusus, tetapi juga harus menciptakan lingkungan belajar yang benar-benar memahami, menyesuaikan, dan memberdayakan mereka. Artinya, dibutuhkan pelatihan khusus untuk guru, kurikulum yang fleksibel, serta sistem evaluasi yang adil namun tetap seimbang bagi semua siswa.

Mengabaikan kebutuhan anak-anak ini bukan hanya bentuk ketidakadilan, tetapi juga kehilangan potensi besar. Banyak anak ABK memiliki kemampuan, kecerdasan, empati, dan kreativitas yang luar biasa, yang hanya bisa tumbuh jika diberi ruang yang tepat. Jika pendidikan adalah hak dasar setiap anak, maka sekolah inklusif bukanlah opsional, ia adalah keharusan moral. Namun untuk mewujudkannya, dibutuhkan lebih dari sekedar regulasi, yang kita butuh empati, pelatihan, anggaran, dan komitmen nyata dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan.

Artinya, pendidikan inklusif bukan hanya sekedar kebijakan saja, melainkan ada bentuk tanggung jawab bersama untuk memastikan setiap anak mendapatkan hak pendidikan yang setara. Diperlukan upaya bersama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk mengatasi tantangan yang ada dan mewujudkan pendidikan inklusif yang berkualitas. Nyatanya pada penelitian dilakukan oleh Firdausyi (2022) menunjukkan bahwa kualitas pendidikan inklusif di Indonesia masih belum optimal. Faktor-faktor seperti akses yang tidak merata, infrastruktur yang kurang memadai, serta tenaga pendidik yang belum terlatih dengan baik menjadi kendala utama dalam pelaksanaan pendidikan inklusif yang efektif. 

SEKOLAH INKLUSIF, ANTARA HARAPAN DAN REALITA