UIN SURAKARTA- Kehidupan manusia adalah anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan pemilik alam semesta. Dalam menjalani kehidupan, manusia pasti ada hasrat menginginkan sesuatu, baik demi kepentingan dirinya sendiri maupun orang-orang terdekatnya. Misalnya seseorang yang sangat tertekan untuk menjadi PNS pasti dia akan berusaha semaksimal mungkin demi mencapai keinginannya tersebut.
Mulai dari belajar baca buku kesana kemari, latihan soal-soal, mengikuti pelatihan tertentu dan lain sebagainya. Namun terkadang ada hal yang terjadi tidak sesuai dengan kehendak kita, dan merasa tidak berdaya untuk bisa melakukan apa-apa. Kemudian dengan sesuatu yang tak bisa kita capai itu menjadikan kita sedih, kecewa, merasa tak berguna, menyalahkan diri sendiri, hingga ada yang sampai merasa depresi.
Dan disinilah dikotomi kendali hadir untuk membantu kita berdamai dengan diri sendiri ketika ada aspirasi yang tak bisa kita capai. Dalam buku Filosofi Teras yang ditulis oleh Henry Manampiring seorang penganut filsafat Stoikisme menjelaskan bahwa ada hal-hal yang dibawah kendali (tergantung pada) kita seperti keinginan dan tujuan kita, dan ada hal-hal yang tidak dibawah kendali (tidak tergantung pada) kita seperti tindakan orang lain, kekayaan, takdir dan masih banyak lagi lainnya.
Prinsip inilah yang kemudian dinamakan oleh kaum stoa (penganut stoisisme) sebagai dikotomi kendali ( dikotomi kendali ). Tidak selamanya keinginan kita akan terwujud di dunia ini, banyak hal yang dapat mempengaruhinya seperti manusia dan juga kehendak dari Tuhan.
Dalam islam terdapat yang dinamakan sebagai takdir yang akan menentukan kehidupan manusia, dan di dalamnya terdapat takdir yang dapat diubah ( qadha ) seperti kekayaan, kepandaian, bentuk fisik dan ada yang tidak dapat diubah oleh manusia (qadar) seperti kelahiran, jodoh, dan kematian karena semuanya telah Allah tulis dalam catatan terbesar awal terciptanya alam semesta dan berakhirnya alam semesta yaitu lauhul mahfudz .
Dengan ini kita sadar bahwa sebagai manusia kita hanya makhluk yang lemah yang selalu berharap keinginan kita terwujud namun kita melupakan siapa yang Maha pencipta yaitu Allah SWT. Setelah adanya prinsip dikotomi kendali ini kita akan lebih bisa berdamai dengan diri sendiri, ternyata ada hal yang di bawah kehendak kita dan juga ada hal yang diluar kehendak kita serta menjadikan kita lebih bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakan kita.
Dikotomi kendali juga mampu membuat kita tidak terlalu memikirkan kata-kata orang lain dan memperdaya bodo amat dengan penghakiman orang lain kepada kita karena hal tersebut berada jauh di luar kendali kita.
“ Bagaikan Garis Takdir yang Ada di Telapak Tangan Kita Ada Garis Jodoh, Keberuntungan dan Jalan Kehidupan. Ketika Kita Genggam Maka Takdir Kita Berada Dalam Genggaman Kita dan Ada Juga Garis yang Belum Tertutup. Disitulah Kehendak Tuhan.”
***
Penulis: Fariz Nurman Adi Nugroho
Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah, UIN Raden Mas Said Surakarta
Editor: Saiddaeni