11 April 2023

Jaga Lisanmu Bahagia Hidupmu

Oleh : Shindid Gunagraha

UIN SURAKARTA- Setiap langkah kehidupan yang dilalui seakan kita lupa dan lalai dengan anugerah nikmat yang telah Allah persembahkan kepada manusia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baiknya makhluk, manusia dibekali akal pikiran, dibekali perasaan, serta dibekali pengetahuan.  

Selain itu Allah menciptakan manusia dengan kesempurnaan penuh diantaranya hidung untuk mencium, mata untuk melihat dan lisan untuk bertutur kata yang santun. Diantara semua anggota badan yang diciptakan oleh Allah yang paling berbahaya serta dikhawatirkan menimbulkan maksiat yang besar adalah lisan.

Lisan merupakan perangkat yang melengkapi tubuh manusia yang bisa menimbulkan manfaat dan bisa menimbulkan mudharat yang besar bila tidak digunakan secara baik. Pada zaman sekarang ini banyak orang yang lupa akan hakikat ciptaan di dunia ini, sehingga manusia seakan-akan bebas dan lupa, bahwa segala yang dilakukan di dunia baik perkataan maupun perbuatan akan dimintakan pertanggung jawaban.

Terkadang manusia merasa bebas dan seolah tidak ada batasannya, berbicara seenaknya tanpa memandangnya benar atau salah, serta melakukan perilaku buruk untuk meluapkan rasa benci terhadap orang lain. Namun, tidak sedikit dari umat Islam yang secara perlahan-lahan melupakan akan tujuan hidupnya. Akibat dari pengaruh modernisasi dan globalisasi banyak manusia khususnya umat Islam yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan bukan sekedar ada, tetapi ada tujuan mulia yaitu beribadah kepada Allah Swt.

Sebagaimana kita ketahui kehidupan didunia hanyalah kehidupan yang sementara, tetapi kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang menentukan nasib kita dikehidupan yang sebenarnya, yaitu akhirat. Kelak dimana amal perbuatan yang dilakukan di dunia akan dimintakan pertanggung jawaban.

Setiap diri manusia pasti menginginkan kebahagian dan kebaikan, bukan hanya di dunia saja tetapi juga di akhirat. Sebagaimana kita berdo'a setiap hari memohon kepada Allah agar diberikan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Bagaimana kita menggapai kebahagiaan hidup?

Dimulai dari menjaga lisan, menjaga lisan dengan bertutur kata yang baik serta memberi manfaat yang terbaik kepada sesama. Jika lisan terjaga maka hati dan perilaku akan terhindar dari suatu kebencian. Pada kondisi saat ini menjaga lisan bukan hanya sekedar ucapan. Namun juga dengan tulisan, tulisan adalah salah satu dari dua lisan kita, yang muncul dari jari jemari kita yang disampaikan melalui media sosial. 

Jangan sampai tulisan kita mengandung kebencian, lebih baik kita menulis dengan melihat kemaslahatan serta kemanfaatan bagi sesama umat, baik umat muslim maupun non muslim. Jika baik dan bermanfaat maka kita tulis. Tetapi jika tidak ada manfaat dan dapat menimbulkan keburukan, kebencian, pemahaman, maka lebih baik tidak menulisnya. 

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits No.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim adalah muslim yang selamat dari gangguan lisannya dan tangannya”

Dalam hadis tersebut sudah jelas bahwa definisi seorang muslim yaitu yang selamat dari gangguan lisannya dan tangannya. Gangguan lisan seperti berkata kotor, mencaci sesamanya, bahkan menyakiti hati orang lain, sedangkan gangguan tangannya seperti menulis kalimat yang mengandung rasa kebencian, mencaci, maupun melaknat.

Sebagaimana telah kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari jika gangguan ini terjadi, maka akan menimbulkan kegaduhan serta pertengkaran di tengah-tengah kehidupan masyarakat, seharusnya seorang muslim harus menjadi pelopor terbentuknya keharmonisan, kerukunan dan kebersamaan diantara sesama umat beragama dan umat seagama.

Jangan sampai hati orang lain terluka karena ucapan dan tulisan-tulisan kita. Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari no. 6475 dan Imam Muslim dalam kitab shahih muslim no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang Beriman Kepada Allah dan Hari Akhir Maka Hendaknya dia Berkata yang Baik atau Diam.” 


Seandainya kita tidak bisa bertutur kata yang baik, maka kita lebih diam daripada menyakiti orang lain. Oleh karena itu setiap muslim harus senantiasa menjaga ucapan lisannya dalam keadaan apapun dan dalam situasi apapun. Ketika kita berhadapan dengan persoalan yang kita tidak membidanginya, kita tidak mengetahuinya maka lebih baik diam.

Jangan mengomentari sesuatu yang kita tidak memiliki ilmu tentangnya. Tidak setiap yang terpikirkan, kita ucapkan. Tidak setiap kejadian kita komentari. Dengan mengendapnya kemaslahatan merupakan bukti bahwa agama Islam mengajarkan cinta, kasih sayang, dan perdamaian. Kebencian bukanlah cerminan dari seorang mukmin, karena seorang mukmin akan melihat orang lain dengan mata hati yang mendukung perasaan husnudzon (berbaik sangka).

Oleh karena itu mari kita menjaga lisan kita dengan tidak perlu banyak bicara. Kita tidak perlu banyak mengunggah status di media sosial yang tidak ada manfaatnya.  Selain penjelasan hadis Rasulullah di dalam Al-Qur'an juga dijelaskan tentang menjaga lisan, terletak pada Qs. Al-Isra' ayat 53, Allah berfirman,

وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا۟ ٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوًّا مُّبِينًا

Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

Bertutur kata yang baik merupakan perintah Allah dan salah satu cara menjaga lisan dari maksiat. Allah menciptakan akal pikiran untuk berpikir dalam berbuat dan berbicara. Hendaknya setiap orang yang ingin berbicara, ia lebih baik berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara.

Apabila ucapannya mengandung manfaat, maka silahkan saja untuk berbicara. Tetapi jika ucapannya tidak terbaca dan tidak dipikirkan terlebih dahulu, maka ucapannya yang dikhawatirkan akan menimbulkan kemudharatan. Ketika kita tidak mampu memikirkan hal yang baik maka lebih baik diam.  

Ketika ucapan yang tidak baik keluar dari mulut kita maka kita telah melakukan akhlak tercela, yang dapat menimbulkan permusuhan diantara manusia. Ucapan merupakan cerminan akhlak, karakter dan perilaku pada diri seseorang bisa dilihat jika akhlaknya baik maka apa yang diucapkan juga baik, namun jika akhlaknya buruk maka yang diucapkan juga keburukan. Rasulullah menjelaskan tanda sempurnanya iman seseorang dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi,

(أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه الترمذي

“Seorang Mukmin yang Paling Sempurna Imannya Adalah yang Paling Mulia Akhlaknya.”

Marilah kita menghiasi diri kita bukan hanya sekedar materi namun terlebih lagi menghiasi diri kita dengan hati. Jika hati bersih maka lisan akan berkata yang indah, jika hati kotor maka lisan akan berkata yang kotor. Dengan menjaga iman melalui lisan dan akhlak kita, maka Insya Allah kebahagian dan keberkahan dunia dan akhirat akan didapatkan.
***

Penulis: Shindid Gunagraha

Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah, UIN Raden Mas Said Surakarta

 

Editor: Saiddaeni

Jaga Lisanmu Bahagia Hidupmu