Oleh: Septiana Faridatul
Identitas Buku
Judul Buku : Assalamualaikum Tarim
Jenis Buku : Nonfiksi
Nama pengarang : Ustadzah Halimah Alaydrus
Nama penerbit : Wafa Production
Tahun terbit/cetakan : 2002/cetakan ke-2
Tebal buku : xiv + 151
ISBN : 978-602-15833-3-3
Ukuran buku : 19 x 12 cm
Pendahuluan
Ustadzah Halimah Alaydrus, sosok pendakwah yang kini banyak digemari berbagai kalangan mulai dari orang tua maupun remaja, khususnya kaum hawa. Penyampaian dakwah beliau mudah diterima serta kontekstual dengan gaya dan kondisi remaja di era modern ini. Hadirnya beliau seperti angin penyejuk ditengah gersangnya akhlak dan hati yang menjadi problempada kebanyakan remaja msupun orang tua.. Dalam buku “Assalamualaikum Tarim” beliau menyeritakan perjalanan serta pengalaman beliau berada di negeri seribu wali yaitu Tarim. Selain menulis buku ini, beliau juga telah merilis buku lain seperti Bidadari Bumi 1 dan 2, Tutur Hati, Pilar Cahaya, dan Muhasabah Cinta. Selain itu beliau juga menerjemahkan kitab khuluquna (akhlak kita) oleh Habib Umar Bin Hafidz, dan Ayyuhal Walad (wahai anakku) oleh Imam Al-Ghazali.
Isi Buku
Buku Assalamualaikum Tarim merupakan sebuah perjalanan menemukan diri sendiri yang menceritakan perjalanan Halimah remaja dalam menuntut ilmu ke Tarim ikut sang kakak. Padahal pada saat ini, halimah sedang menimba ilmu di salah satu pesantren di Indonesia. Namun bermula dari keterpaksaan itu, Halimah menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Beliau melihat akhlak dan kebiasaan masyarakat Tarim yang sangat luar biasa. Tentang bagaimana akhlak anak kecil disana, akhlak terhadap tetangga, akhlak dalam bermuamalah, serta akhlak seorang perempuan yang seharusnya senantiasa berusaha mengikuti akhlaknya Sayyidah Fathimah, Khodijah, Aisyah dan para wanita sholihah lainnya. Tak heran jika negeri ini banyak terdapat wali-wali Allah. Halimah yakin, kota Tarim dihujani rahmat Allah deras maupun gerimis, sebab disana bertabur para wali yang hati mereka selalu bersambung ke pemiliknya. Disana dzikir terdengar bersahut-sahutan, sholawat teralun pelan maupun lantang, wajar jika kota ini dijuluki Tarimul Ghanna Tarim. Sebab hati dan akhlak merekalah yang kaya. Perjalanan menuju Tarim bermula pada bulan Oktober 1998.
Pertama kali menginjakkan kaki disana beliau mengamati dan melihat bahwa pemandangan alamnya tidak cukup menarik, kuliner juga tidak semenarik di Indonesia, dan cuaca sering tak bersahabat namun ada satu hal yang meyakinkan beliau untuk menetap disana yaitu perkataan sang kakak yang berupa “tarim itu kotanya Sayyidina Muhammad bin Ali Ba’alawy”. Sayyidina Muhammad bin Ali Ba’alawy ini merupakan pengarang ratib, sehingga Halimah mengatakan dengan yakin bahwa ia tidak akan terlantar di kota tempat seorang wali besar yang selalu ia sebut namanya. Halimah kemudian menuntut ilmu di Daruzzahra, karena saat itu belum ada pesantren bagi perempuan disana. Ia sering mendatangi majelis-majelis ilmu dan berkenalan dengan para hubabah yang memilki pribadi yang sangat baik meskipun ia kesusahan dalam bahasa arab yang digunakan. Dari Tarim, ia belajar untuk tidak terlalu mendewakan dunia yang fana dan harus berjalan dengan senantiasa menjadikan ridho Allah sebagai tujuan utama.
Kelebihan Buku
Buku Assalamualaikum Tarim seperti mengajak pembaca untuk menyusuri manisnya kota Tarim secara langsung. Sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang orang pertama sehingga semakin menghanyutkan pembaca seolah-olah pembacalah yang menyaksikan tarim secara langsung. Dalam beberapa bagian diselipkan gambar koleksi pribadi yang mampu memperjelas narasi. Sejarah wali dan masjidpun juga didapat dari kitab-kitab ataupun tulisan orang yang dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya. Selain itu, bahasa yang digunakan mudah di pahami bagi semua kalangan. Apalagi desain cover berwarna biru dengan gambar dan font sederhana menambah kesan elegan dan menarik untuk membaca.
Kekurangan Buku
Buku ini ditulis delapan tahun dari kali terakhir penulis berkunjung ke kota Tarim dan delapan belas tahun dari terakhir penulis tinggal di Yaman. Buku yang ditulis dengan mengandalkan ingatan penulis, mengais-ngais memori, serta berusaha mengingat kembali hari-hari penulis selama disana menjadikan banyak hal yang terlupa dan tidak tertulis di dalam buku. Selain itu pada beberapa bagian tidak dijelaskan secara mendetail dan hanya dalam garis besarnya saja sehingga masih menimbulkan rasa penasaran bagi para pembaca.
Penutup
Setelah membaca buku Assalamualaikum Tarim, saya sangat kagum dengan kota seribu wali itu. tentang pribadinya, kebiasaan dan adab masyarakatnya, ketaqwaan, serta kecintaan mereka terhadap tuhannya; nabinya; saudaranya; dan alam lingkungannya. Semoga disampaikanlah saya untuk ziarah Tarim. Serta semoga mampu meneladani akhlak masyarakat Tarim dan menjadi wanita sholihah yang mampu masuk dalam rombongan sayyidah Fathimah Azzahra di yaumul qiyamah aamiin.
***
Editor: Saiddaeni